Hujan

Aku selalu memikirkamu saat hujan turun, membayangkan saat kau tersenyum sambil menengadahkan tangan kelangit. Atau saat kau mulai hilang kesadaran dan menari mengikuti nyanyian hujan. Berlari, memutar dan melompat dibawah derasnya air hujan yang turun hingga membuat setiap jengkal tubuhmu basah disentuhnya.
 "Yank... Apa disana kau masih melakukanya?"
 "Masihkah kau mencintai hujan seperti waktu itu?"
 "Aku merindukanmu sayang. Rasanya ingin sekali aku menemuimu, pergi berkunjung untuk mengoblrol dan bergurau denganmu." Gumamku lirih dibalik jendela
Tapi hujan tak kunjung reda, terus bertambah deras seperti rasa rindu untukmu. Jadi aku pun kembali terdiam dibalik jendela ini, menatap hujan dan mulai merindukanmu lagi.
Kadang aku berpikir, ingin turun dan bermain bersama hujan untuk sekedar melepas rindu padamu, tapi aku takut kena marah kalau kamu tahu.
"Jangan ikut-ikutan, fisikmu itu cengeng, nanti kamu sakit yank". Pasti begitu.
Selang beberapa jam hari mulai cerah, niat untuk menemuimu kembali muncul, aku pun bersiap. Kupetik satu bunga matahari yang masih basah oleh hujan dihalaman belakang. Kubungkus rapih dengan koran seadanya (Ya semoga saja kamu tidak marah karena aku merusak kebunmu lagi). Kuambil juga lolipop warna merah jambu, rasa stawberry susu favoritmu. Kuletakan semua didalam tas besar lalu bergegas menemuimu.
Satu jam berlalu, akhirnya aku sampai dirumahmu. Jalan Pahlawan, gang Unus, blok C no. 51. Rumah yang masih baru dengan semerbak wangi bunga melati, ya bunga yang sangat kau benci.
Aku langsung duduk meski kau tak menyilahkan, kuletakan bunga matahari dan tiga lolipop disampingmu. Aku tersenyum meski kau tak mengambil hadiahku.
"Sayang, aku datang."
"Bagaimana kabarmu hari ini?"
"Maaf ya aku datang tak memberi tahumu dulu."
"Yank ..., aku ingin bercerita banyak hari ini, tolong dengarkan ya."
"Sayang, hari ini aku merindukanmu lagi. Kembali berharap bisa melihat kau tersenyum saat aku bangun tidur, makan masakanmu lagi, atau melakukan hal-hal lain yang biasa kita lakukan bersama dulu. Sungguh yank aku merindukan semuanya”.
"Eh gerimis yank, boleh tidak kali ini aku bersamamu saat hujan?"
"Sebentar saja... aku masih merindukanmu yank."
"Hmmm, tidak boleh yah? Ya sudahlah aku pulang dulu, padahal aku masih merindukanmu. Semoga kamu tenang disana ya. I love you"
Gerimisnya bertambah deras begitupun pandanganku semakin kabur dan panjang langkah kakiku pun jadi makin tak teratur. Aku putuskan untuk berteduh di pendopo pintu masuk makam, duduk bersender lalu meminum obat antibodiku.
"Hey hujan, apa kau membenciku?”
“Baru sebentar aku menemuinya, kenapa kau turun?"
"Belum juga aku puas bercerita denganya, menyebalkan."
“Apa belum cukup kau mengambilnya dari sisiku, hingga aku ingin melihat makamnya saja kau datang?”
“Aku tahu aku pria lemah yang tak bisa menang darimu, tapi kau harus terima bahwa Ia lebih mencintaiku dari pada mencintaimu.”
“Dasar hujan menyebalkan.”
“Maaf aku selalu menyalahkanmu padahal ini juga salahku, coba dulu aku menjemputnya dan tidak takut padamu.”
“Pasti Ia takkan menunggu bus di halte itu dan mobil beserta orang sialan itupun takkan merenggut dia dari kita.”
“Hahaha kita sama sama kehiangan dia yah?”
“Sama-sama kalah, kamu kalah olehku dan aku kalah oleh takdir.”
“Menyedihkan” Gumamku sambil meminum air mineral sambil meremas Koran yang selalu kubawa.
“Menyebalkan, kenapa aku terus membawa koran sialan ini sih?” sambil membuang potongan headline koran ketempat sampah.
“Yah mungkin memang saatnya aku membuangnya, Hahaha.”
Aku merapihkan tasku dan bersiap pulang karna hujan mulai reda, aku berdiri dan mulai berjalan tapi tiba-tiba terhenti sejenak disamping tempat sampah karna melihat potongan koran yang kubuang tadi. Potongan koran dengan judul berita “Sebuah Mobil Mewah Menabrak Halte Bus Saat hujan Turun, 3 Orang Tewas dan 5 Lainya Luka-Luka Serius”. Kuhela nafas lalu kembali bejalan pulang. Yah ini hari yang melelahkan, hari yang menjengkelkan karena sekeras apapun aku berjuang rindu ini tetap tak bisa kusembuhkan.


Kedungreja 17 Januari 2018

Komentar

Posting Komentar