Puisi Untuk Via

Siswi yang sedang memakirkan sepeda mini merah itu bernama Via.Ia selalu memakai jaket kesayanganya yang berwarna coklat muda itu.Selain sebagai pelindung kulitnya dari sengatan matahari ketika besepeda, jaket itu telah menjadi cirri khasnya nyang baru setelah beberapa hari ini ia mengenakanya.tubuhnya yang mungil dan kulinya yang sawo matang semakin apik dan menawan ketika terbungkus jaket kesayanganya itu. Apalagi ditambah dengan sifatnya yang sederhana membuat ia semakin membuatku gila.(lho!) Maksudnya tergila-gila
Dengan pelahan-lahan ia melangkahkan kakinya  dan mendekatiku.(cie… pedenya!) Ya terang aja ia mendekatiku, orang aku berdiri didepan pintu kelasnya yang dihuni juga olehku.( Dihuni emang aku hantu!) Ahirnya Via pun sampai kedepanku. Dengan basa basi aku coba menyapanya ”Hai Vi! Selamat pagi!) Tapi Via Cuma tersenyum manis dan langsung masuk kelas.
Bel masuk pun berbunyi pak Diru guru fisika itu pun telah terlihat dari kejauhan menuju kelasku. Aku dan semua teman-teman yang berada diluar pun bergegas masuk kelas. Seperti biasa jika pak dirun mengjar paling Cuma 2 atau 3 anak saja yang mendengarkanya. Maklum saja karma cara mengajar beliau itu lho yang hanya membuat soal dan ahirnya pun beliau yang mengerjakanya.Jadi wajar jika ada yang tidur mainan. Sendiri,dan ada yang ngerumpi.Tapi karena aku ini anak yang sopan, patuh,dan menghormati guru aku cukup memperhatikan.(he…) tapi bukan pak Dirun yang kuperhatikan, melainkan Via yang duduk di pojok kanan depan.(hiii)
 Tiba tiba
Wuy! Jangan dilihatin doank! Tembak dong!hentak Umam yang duduk disebelahku.
“Ah, elo mam ngagetin aku aja!” jawabku kaget
“Udahlah tembak aja wan” lanjutnya
“Ndak sekarang lah mam! Aku blom siap ditolak mam!” jawabku lagi.
“Ah cemen loe!” lanjutnya.
Dan dimulailah perbincanganku  mengenai Via dengan umam, hinga kami pun melupakan pak dirun yang berada di depan.
Bel berahirnya pelajaran pertama dan kedua pun aku dan umam tidak mendengarnya,itu karena asiknya perbincanganku dengan umam.
Tiba-tiba.
“Itu sebelahnya-sebelah nya lagi pojok siapa namanya?” Tanya pak Dirun.
Dengan serentak, kompak,dan semangat semua teman kelasku menjawab “Awan pak!”
Aku pun bingung karena tidak mengetahui apa-apa!
“Iya,awan yah! Wan coba rumus energi kinetic apa?” Tanya pak Dirun padaku.

Dengan rasa bingung,campur takut,campurdeg-degan aku tengok kanan kiri sambil berkata “apa?”
Namun tak ada teman yang menjawabnya.
“Bagaimana Wan?” Tanya pak Dirun lagi.
Gimana ini  aku tak tau jawabanya. Huft pasti aku akan kena marah pak Dirun.
Tiba-tiba teeet..tet… teeet… bel istirahat berbunyi.
Pak Dirun merapihkan buku bawaanya, itu berarti selamatlah aku.
Hah….. untung untung.
“ta berhubung waktunya sudah habis dilanjutkan lain kali saja! Dan untuk Awan jangan ngerumpi saat pelajaran lagi ya!” kata Pak Dirun sambil pergi.
Semua anak kelasku pun meyusul pak dirun untuk istirahat.
Tiba-tiba Umam menepuku dan berkata” Eh wan inget kata-kataku tadi ya!”
“Kata-kata yang mana?” jawabku bingung.
“Yang tadi lho!”
“Yang mana?”
“Oalah bocah edan! Yang tadi lho! Masa aku harus mengulanginya!”
“He’eh!”
“GIni cewe itu ndak butuh muka cakep, dompet tebel, dan utek yang encer! Mereka itu.Cuma butuh perhatian dan kasih sayangmu.Coba deh kasih bunga atau kasih puisi atau coba deh dirayu. Pasti mereka luluh kepadamu! Udah ya aku mau pergi kekantin dulu ya!”
“Ya udah sana aku juga mau ke perpus!”
“Ngapain?”
“Ngemis! Ya cari puisi lah!”
“Buat apa?”
“Cari inspirasi dong!”
“Tapia pa hubunganya perpus, puisi dan cari inspirasi?”
“Begini loh, aku kan ndak punya uang untuk beli bunga! Ndak punyabakat ngrayu kayak kamu! Jadi aku mau buat puisi aja lah yang mudah dan meriah pula!”
“Oh iya yah!”
“Yaudahlah sana pergi!”
“Loe ngusir!”
“Ndak! Orang aku mau ke perpus kok! Dah!”
Dengan langkah yang semangat aku pergi ke perpus untuk meminjam buku puisi remaja. Kuobrak abrik semua rak buku yang ada di perpus, hinga ahirnya kutemukan kumpulan puisi remaja yang tak bersampul kumal lagi. Tapi isinya itu loh! Uih bagus banget. Sesampainya dirumah aku buat puisi dengan pedoman buku yang kupinjam itu.
Kuotak-atik sedemikian rupa dan ahirnya terciptalah sebuah puisi yang spektakuler,boom bastis,dan tidak baen-baen!(banga) Ya walaupun nyontek sana sini sih Setelah puisi itu jadi terus kusalin dengan tinta merah dan kertas berwarna pink serta kusemprot dengan parfum Ibuku.( he…he …maklum aku ndak punya parfum)Hah lengkap sudah amunisi cintaku pada Via.
Ahinya pagi datang. Pagi ini adalah hari yang bersejarah buatku.untuk itu bajuku kusetrika rapih,rambutku yang acak-acakan pun kusisir  dan kuolesi dengan minyak rambuk, dan tak ketinggalan kusemprot tubuhku dengan parfum Ibuku agar bauku sama dengan bau puisiku.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat menuju sekolah. Tetapi tiba-tiba kulihat Via dibonceng oleh seseorang. Dengan penasaran aku dekati si pengendara motor itu. Betapa kagetnya, ternyata si pengendara motor itu adalah Rendy kakak sepupuku sendiri.dengan penuh bimbang aku tnya ka rendy “Kak nganterin siapa sih?”
“Eh kamu Wan! Ini aku habis nganterin Via,tunananku!” jawabnya
“Oh Via!” balasku
“Kamu kenal?”
“Aku satu kelas!”
“Oh begitu!”
            Duh biyung,hancur harapanku untuk memiliki Via. Gadis yang kucintai ternyata telah bertunangan dengan kakak sepupuku sendiri. Ah, kenapa aku harus tau Via telah bertunangan dengan kak Rendy setelah aku siap untuk menyatakan perasaanku padanya. Mungkinkah puisi ini tetap kuberikan? Walaupun ia takan kumiliki Ah aku bingung! Kubaca berulang kali puisi ini dan ahirnya kubuang ke tempat sampah.
“Aku bisa melupakannya! Masih banyak cewek lain di sma ini yang lebih cantik dari Via!” ucapku lirih sambil mengusap air mataku.

                                                                                    Kedungreja 10 Desember 2010

Komentar

Posting Komentar